Sabtu, 02 Mei 2009

Bukti Ketulusan Cinta

Bukti Ketulusan Cinta

Di copy dari email yang dikirimkan saudaraku Iyang Suhaidi pada hari Jum’at 30 Januari 2009

Mampukah Kita Mencintai Istri Kita Tanpa Syarat ?

Catatan Ini merupakan kisah nyata seseorang yang dengan ketulusan dan keikhlasannya merawat istri dan anak-anaknya dalam derita yang cukup panjang. Bahkan dari perjalanan hidupnya ia menemukan “makna cinta” yang sebenarnya. Kisah ini pernah ditayangkan di metro TV, semoga bisa menjadi pelajaran yang berharga buat kita, khususnya para suami dan calon suami. Bacalah…………

Sebuah perenungan, Buat para suami baca ya..... istri & calon istri juga boleh…………….

Beliau adalah Bapak Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dalam memajukan industri Reksadana diIndonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali. Silahkan baca dan dihayati.


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi,usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran menyuapi dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.



Pada suatu hari…….ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak......, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu"


Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2"sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak,dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian". Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2nya. "Anak-anakku ......... kalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.


Sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian Tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.

"Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno, mereka pun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibu Suyatno…. dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu……


Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. di saat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita. "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.



Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama... dan itu merupakan ujian agi saya,apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa danya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit………"

Pertanyaan buat kita…………. Mampukah kita ???

Kamis, 23 April 2009

Profil Wilyah

Kecamatan Menes berada kurang lebih 100 km dari pusat ibu kota Jakarta dan sekitar 30 km dari pusat pemerintahan provinsi Banten, tepatnya berada di sebelah barat kabupaten Pandeglang. Kecamatan Menes, dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak lembaga pendidikan negeri dan swasta, tingkat dasar seperti SDN/SDI/MI, tingkat menengah SMPN /SMPI/MTs, tingkat menengah atas SMAN/SMA MA/Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Mathla'ul Anwar serta perguruan tinggi swasta lainnya. Selain itu, masih banyak lembaga-lembaga non formal lainnya seperti pondok pesantren dan majlis taklim. Dengan banyaknya lembaga pendidikan ini, formal dan non formal, Menes banyak dikenal sebagai kota santri.

Di bidang pengembangan ekonomi kerakyatan, wilayah kecamatan Menes lebih dikenal sebagai sentra produksi Emping Melinjo. Bahan baku emping ini diperoleh dari para petani kebun yang tersebar di seluruh desa, dengan penghasilan rata-rata berkisar antara 50 kg - 100 kg perkeluarga/panen. Namun kondisi ini terlihat mulai bergeser, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi.